Langsung ke konten utama

Menyingkap Tabir: Tipe Orang yang (Mungkin) Kamu Temui di Aplikasi Kencan


Beberapa hari terakhir ini aku lagi keranjingan banget mencoba dua aplikasi kencan, Tinder dan Badoo. Dua aplikasi ini emang udah lama banget eksis, tapi aku baru nyoba untuk pertama kali gara-gara racun seorang teman.

Selain itu, aku penasaran juga dengan cara kerjanya apakah emang beneran bisa dapat teman kencan atau cuma gimmick doang? Apa nggak takut gitu ketemu dengan orang yang baru dikenal dan rentetan pertanyaan lainnya di dalam kepala.

Aplikasi yang pertama aku download adalah Badoo. Bingung juga gimana cara menyebut aplikasi satu ini. Bado? Badu? Bedu? Kok malah jadi kayak nama artis di Indonesia? Jangan-jangan ini aplikasi untuk mencari pelawak terbaik lagi. Sementara untuk Tinder, yaa kamu tau sendirilah gimana nyebutnya.

Kedua aplikasi ini menerapkan in app purchases, yang artinya penggunaannya gak gratis-gratis amat. Badoo dan Tinder memang memberikan fitur pengguna gratis, cuma dibatesin banget kayak lagi di Korea Utara. Bahkan, untuk sebatas melihat siapa yang menyukai dirimu aja gak bisa. 

Aplikasi Badoo || APKPure

Untuk pengguna free di Badoo, foto orang yang menyukaimu bakal diblur. Kesel tapi bikin penasaran juga, jangan-jangan yang ngelike adalah Kitagawa Reira  atau Ameri Koshikawa sehingga diblur gitu.

Di Badoo juga ada semacam Home dimana kamu bisa melihat pengguna yang lokasinya saat itu berdekatan denganmu. Cuma, kalau mau chat duluan ya kudu bayar lagi. Kapitalis banget emang.

Sementara di Tinder kamu baru tau kalau seseorang telah menyukaimu saat kamu juga menyukainya setelah melakukan pencarian di kolom swipe swipe. Jadi, emang lebih menantang gitu.

Aplikasi Tinder || Business Insider

Tapi, kalau aplikasinya berbayar, kamu tidak perlu mengalami sejumlah kepedihan di atas. Kamu langsung tau siapa yang menyukaimu dan bisa menyukainya balik kalau emang tertarik, atau langsung membuang profilnya begitu saja.

Karena aku orangnya penasaran, alhasil aku mengorbankan saldo Gopay sekitar Rp150 ribu untuk menjajal fitur premium di dua aplikasi ini. Aku kurang tau pembagian detilnya, tapi yang pasti di Badoo lebih terjangkau dibandingkan dengan Tinder.

Milih-milih foto terganteng, tertampan, tershiap di galeri, boom profil telah diupdate. Di bio, aku juga menambahkan informasi lagi butuh content writer, jadi kalau tertarik bisa langsung menghubungi. Udah gak zaman lagi make Jobstreet dan LinkedIn untuk ngasih info loker. Pake Tinder dan Badoo, dong.

Aku mencoba aplikasi kencan ini di malam hari karena lagi gabut aja. Berhubung aku pengguna baru, aku masih bingung dengan cara kerjanya. Udah jadi akun premium, udah swipe kiri dan kanan berkali-kali, kok nggak ada yang ngelike foto profilku? Kok udah premium tapi nggak bisa ngechat cewek-cewek yang cantik?

Mungkin cara mainku sedikit salah. Aku mencoba swipe lebih beringas kayak main fruit ninja, hasilnya sama aja. Bajigur! Udah keluar duit banyak, tapi aplikasinya malah rusak. Mau uninstall, sayang dong duit Rp 150 ribunya. Karena kesal nggak bisa melampiaskan kekesalan, aku memilih memperbaiki rumah tangga orang lain aja.

Di pagi harinya, aku langsung mengecek dua aplikasi pencuri uang ini. Udah deg-degan dan bersiap banting hape kalo notif masih kosong, puji Tuhan ada beberapa notif yang masuk. Mulai dari notif kalau ada cewek yang ngelike profilku sampai ada yang udah ngechat duluan di Badoo.

Cara kerja di Badoo emang rada unik, padahal di Tinder kamu nggak akan bisa ngechat duluan sebelum dilike balik. Di pagi hari itu, aku keasyikan gonta-ganti aplikasi antara Badoo dan Tinder. Bikin kecanduan juga nih aplikasi ternyata.

Apalagi kalau kamu match sama orang yang seru diajak ngobrol. Bisa mantengin hape terus-terusan, deh. Nah, setelah beberapa hari menyelami dua aplikasi kencan ini, berdasarkan pengamatanku secara umum ada beberapa tipe orang yang menggunakan aplikasi kencan. Apa aja?

1.     Penjual Kenikmatan

Ilustrasi PSK || Morgan Fletcher Benfield


Prostitusi tuh semakin canggih aja saat ini. Nggak cuma jualan aja yang bisa online, prostitusi juga bisa online. Di Badoo dan Tinder, ada yang menawarkan secara terang-terangan di bio profilnya, namun ada juga yang mainnya lebih cantik.


Setelah chat basa-basi sekitar 4-5 panel gitu, mereka akan masuk ke inti permasalahan, yaitu soal pertukaran lendir.

Mereka menawarkan “servis memuaskan” yang dibarter dengan uang ratusan ribu sampai jutaan rupiah. Beberapa yang melakukan penawaran kepadaku memiliki foto profil yang cantik seperti cewek-cewek yang biasanya menjadi selebgram.

Penampilannya modis, cantik tentu saja, beberapa punya tubuh semlohai, nongkrongnya di coffee shop, dan deretan kehidupan hedonis lainnya.

Alasan yang mereka pakai biasanya sih untuk bayar uang kuliah, bayar uang buku, bayar kos-kosan, bantu lunasin utang Indonesia, dll. Sayang banget mereka ketemu sama diriku yang sangat mencintai Rupiah dan enggan mengeluarkannya dari dompet. Jadi, dengan berat hati terpaksa kutolak penawaran tersebut.

Selain wanita asli, ada juga wanita jadi-jadian alias banci aka waria yang ikut menawarkan diri. Kamu wajib waspada nih, soalnya waria-waria di Badoo dan Tinder tuh ada yang cantik juga.


Untuk waria, mereka biasanya hanya mencari kesenangan saja dan nggak akan memungut biaya apapun untuk semua servis yang mereka berikan. Jadi, kalau kamu orangnya suka masuk lewat pintu belakang dan doyan adu pedang, bisa langsung dicoba.

2.     Juteknya kebangetan

Ilustrasi cewek jutek || Pixabay

Jutek di media sosial seperti FB, Twitter, IG atau jutek di kehidupan sehari-hari adalah hak setiap orang yang dijamin oleh Jokowi. Tapi, jutek di aplikasi kencan? Ini sikap yang rada aneh menurutku.

Begini. Tujuanmu menggunakan aplikasi itu kan mencari untuk teman, entah itu teman doang, teman tidur, atau teman hidup.

Nah, gimana bisa dapat teman kalau sikapmu sedari awal udah jutek? Berharap dirimu bakal dikejar-kejar karena bersikap jual mahal kayak gitu? Jangan harap, deh. Soalnya ada ribuan cewek lainnya di aplikasi tersebut yang bisa diincar.

Kalau memang kamu nggak tertarik chat dengan seseorang, ya nggak usah di love, Bhambaaang. Ngapain? Hanya membuang-buang waktumu dan juga waktu orang yang ngechat kamu.

Aku pernah tuh dapat cewek yang pas ditanya, jawabannya perlahan-lahan makin singkat. Dari yang tadinya 2 kata, turun ke 1 kata, dan akhirnya cuma balas pakai 1 huruf doang: Y.
Badjingan memang.

3.     Teman ngobrol yang asik
Ilustrasi ngobrol || Pixabay
Menurutku, ini adalah spesies terlangka di jagat dunia kencan online. Jarang banget bisa ketemu sama orang yang rasanya klop aja gitu samamu dan bisa ngobrol soal banyak hal. Nggak cuma nanya lagi apa? Tinggal dimana? Udah kena berapa orang hari ini? Dll.

Dari puluhan percobaan chatting sama cewek yang berbeda-beda, paling cuma 1-2 orang doang yang percakapannya bisa tahan berjam-jam, atau bahkan berhari-hari.

Selainnya, akan menjalani seleksi alam dimana chatku nggak dibalas, nggak ketemu topik obrolan lain, atau justru aku sendiri yang memilih untuk nggak lanjut chat lagi karena emang males aja.

4.     Pemalsu identitas

Foto profil palsu || Dok. Pribadi
Ini yang paling nyebelin, sih. Entah karena nggak percaya diri dengan penampilannya sendiri atau emang mau menipu, banyak sekali akun-akun di Badoo dan Tinder yang memakai foto profil palsu.

Kamu wajib banget berhati-hati dengan orang semacam ini, karena kalau ketemu sama yang asyik diajak ngobrol tapi ternyata penipu, rasanya udah kayak diselingkuhin. Aku pernah ketemu sama pengguna semacam ini.

Namanya Aurora, biasa dipanggil Rara. Fotonya cantik banget, dan karena dia mengunggah beberapa foto yang semuanya mirip, aku nggak curiga sama sekali. Rara mengaku sebagai mahasiswi kedokteran di salah satu universitas terkenal di Sumatera Utara. Sempet bikin aku minder juga apakah lanjut chat atau nggak.

Ntar aku malah disuntik mati kalau dia kecewa melihat penampilanku. Tapi pada akhirnya aku tetap ngelanjutin. Jarang-jarang kan bisa ngobrol sama cewek cantik. Saking serunya percakapan, kami pindah dari Tinder ke Line.

Foto palsu || Dok. Pribadi
Di sana, dia menceritakan lebih banyak hal tentang dirinya, apa yang dia sukai, dan juga bersedia untuk diajak ketemuan. Hingga akhirnya dia mengirimkan foto-fotonya yang aduhai banget. Wajah cantik kayak cewek blasteran dan tubuh seksi yang bisa membuat lutut para cowok diguncang gempa bumi.

Baru kenal dan ngirim beberapa foto doang, aku udah mikirin nanti menikahnya pakai adat apa, pose prewednya nunjuk awan yang mana, dan malam pertamanya mau membahas strategi apa supaya ketimpangan sosial di Indonesia bisa teratasi.

Aurora sendiri mengaku jomblo. Udah cantik, seksi, asik diajak ngobrol, jomblo pula. Pedal gas yang tadinya diinjak tipis-tipis, sekarang ditekan pol. Aurora bahkan ngajak aku untuk mampir ke kosannya.

Ajakan yang membuat pikiranku langsung melanglang buana kemana-mana. Oh, inikah yang dirasakan Johnny Sins ketika mendapat panggilan untuk memperbaiki pipa ledeng di rumah wanita cantik?

Foto palsu || Dok. Pribadi
Tapi, sebelum celana semakin sempit karena melihat foto-fotonya yang super seksi itu, terbersit tanya di pikiranku. Kok ada cewek yang cantik dan seksi kayak gini mau chattingan samaku?

Rasanya seperti terlalu indah untuk jadi kenyataan. Dan berdasarkan pengalamanku, kalau sesuatu terasa seperti mimpi yang jadi kenyataan, berarti itu emang cuma mimpi.

Aku kemudian iseng memasukkan foto-foto yang dikirim Rara ke pencarian Google Images. Hasilnya mencengangkan, karena ternyata foto-foto itu tersebar di banyak situs serta media sosial.

Kebanyakan foto-foto yang digunakan Rara berasal dari akun orang Thailand dan Vietnam. Bahkan, dia juga menggunakan foto-foto dari transgender yang sempat viral di media sosial. Bodohnya aku mau tertipu dengan foto-foto seksi, padahal berbatang tersebut.

Dugaanku sih Rara emang ngestock banyak banget foto cewek-cewek dari Thailand, Vietnam dan entah dari mana lagi, untuk memancing cowok. Entah apa motifnya, tapi aku bersyukur tidak sempat main ke kosannya.

Bisa-bisa aku nggak akan pernah kembali lagi. Foto di bawah ini dan 3 foto yang ada di atas tadi adalah foto yang dikirimkan Rara kepadaku.

Foto palsu || Dok. Pribadi
Mirisnya, meskipun sudah mengetahui kenyataan pahit ini dan membongkar kebohongannya. aku justru terus berusaha untuk ngechat dia. Aku bahkan minta maaf karena sudah membongkar kedoknya.

Sama penipu aja bisa bucin gini, hati ini terbuat dari mentega apa gimana, sih. Sayang, Rara hanya membaca pesanku dan tak pernah membalasnya lagi. Gini amat rasanya mengalami patah hati dari seorang penipu. Transgender pula. Bgst.

5.     Cewek yang udah punya gandengan

Ilustrasi udah punya pacar || Pixabay

Memang tidak ada yang melarang cewek yang udah taken untuk menggunakan aplikasi kencan. Sah-sah saja. RKUHP juga tidak melarangnya. Cuma, nih yaaa kalau bisa kasih dong keterangan di bio kalau kamu udah taken dan hanya ingin mencari teman ngobrol doang, bukan untuk mencari teman jalan atau pasangan.

Biar tidak ada hati-hati rapuh kayak punyaku ini yang makin terserak kemana-mana. Pedih loh ketika mengetahui ada cewek cantik, humoris, eh taunya udah punya anjing penjaga.

Ada beberapa cewek yang udah ngobrol asik-asik, sampai pindah ke WA atau Line, eh pas diliat akun IG nya ternyata udah punya pacar, tunangan, bahkan ada yang udah punya anak! Mana umur anaknya udah 4 tahun lagi. Yawla. Gini amat nasib hambamu jatuh cinta kepada kekasih orang. Jadi pengen muterin lagu Yovie n Nuno terus.

6.     Dede Gemesh



Baik Badoo dan Tinder menerapkan aturan umur minimal untuk penggunanya. Sekitar 18 atau 19 tahun gitu. Tapi, di dunia maya ini apa sih yang tidak bisa diakali. Banyak remaja yang juga pengen tau gimana rasanya make aplikasi kencan, akhirnya memalsukan umur mereka.

Aku sendiri beberapa kali ketemu sama anak SMA di aplikasi ini, bahkan ada yang masih SMP. Buset dah. Untung saja aku bukan om-om yang mencari sugar baby. Jadi, aku nggak terlalu mengulik lebih dalam tentang kehidupan mereka ataupun ngajak ketemuan.

Tapi, kalau lagi gabut kayanya bisa dipertimbangkan juga sih sebagai teman nonton atau nongkrong doang.

Itulah tadi beberapa tipe orang yang mungkin akan kamu temui di aplikasi kencan, menurutku. Setelah beberapa hari penggunaan, intensitasku memakai kedua aplikasi ini udah menurun. Excitementnya udah nggak seperti saat pertama kali memakai.

Aplikasi Badoo sudah kuhapus karena masa premiumnya udah habis. Tinder juga bakal menyusul sebentar lagi. Oh ya, ada juga beberapa orang kandidat yang lebih tertarik dengan loker yang kutawarkan.

Nggak tau deh nanti mereka beneran ngirim CV apa nggak. Kamu sendiri punya pengalaman kayak gimana di aplikasi kencan?

Rugi kalau nggak baca yang ini juga:
  1. Hobi yang Dibayar Tidak Semenyenangkan Itu
  2. Pemadaman Listrik dan Cengengnya Warga Jakarta
  3. Tuhan Menertawakan Rencanamu



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hobi yang Dibayar Tidak Semenyenangkan Itu

Dulu aku pikir pekerjaan yang paling membahagiakan di dunia itu adalah hobi yang dibayar. Karena, kita dibayar untuk melakukan sesuatu yang kita sukai. Pasti menyenangkan banget. Para motivator dan orang sukses pun mengamini hal ini. Sumber foto Tapi, seiring dengan berjalannya waktu, aku sadar kalau kalimat motivasi itu perlu sedikit diubah. Pekerjaan yang paling membahagiakan itu bukanlah hobi yang dibayar, tapi hobi yang dibayar dengan pantas. Melihat diriku yang sekarang ini, aku nggak menyangka kalau hobiku menulis sejak SMA akan menuntunku bekerja di salah satu media digital. Dari profesi ini aku bisa menafkahi kehidupanku. Hobi yang dibayar. Tapi, lama kelamaan aku sadar, kalau apa yang kuberikan tidak selalu sebanding dengan apa yang diberikan oleh perusahaan kepadaku. Aku baru menyadari kalau pekerja itu mempunyai beberapa hak yang harus disuarakan dengan lantang. Mulai dari jam kerja, uang lembur, waktu cuti, BPJS, dan masih banyak lagi. Tidak melulu hanya m

Yogyakarta Yang Benar-Benar Istimewa

Pulang ke kotamu Ada setangkup haru dalam rindu Masih seperti dulu Tiap sudut menyapaku bersahabat, Penuh selaksa makna Terhanyut aku akan nostalgia Saat kita sering luangkan waktu Nikmati bersama suasana Jogja. Lantunan lagu dari Kla Project ini terus-menerus menabuh gendang telingaku dalam perjalanan dari Stasiun Pasar Senen, Jakarta, menuju Stasiun Lempuyangan, Yogyakarta. Di dalam kereta tidak terlalu padat, mungkin karena belum waktu liburan. Tapi, aku tetap gak bisa tidur dengan nyenyak, karena posisi tidur di dalam kereta itu serba salah. Tidur sambil duduk, pegel. Tidur sambil rebahan, kaki bakal kesemutan karena ditekuk. Alhasil, hanya bisa tidur-tidur ayam. Perjalanan ini sendiri menempuh waktu 8 jam, jadi mending terus terjaga sambil mendengar musik. Sumber Terkenal sebagai kota yang masih lekat dengan tradisi, Yogya selalu ramai didatangi oleh turis, baik turis mancanegara maupun turis domestik seperti aku. Hal menarik lainnya adalah, harga mak