Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2018

Perjalanan Ketiga: Indahnya Pertunjukan di Planetarium

Setelah beberapa hari di Jakarta, aku mulai kehabisan tujuan perjalanan untuk dikunjungi. Ada sih beberapa tujuan yang menarik seperti Seaworld atau Dufan, tapi harga tiket masuknya langsung membuat dompet melambaikan tangan ke kamera. Untunglah, Imas menyarankan satu tempat lainnya yang bisa kukunjungi, yaitu Planetarium. Gak cuma ngasih saran doang, dia bahkan dengan senang hati menemaniku untuk jalan-jalan ke Planetarium. Sungguh penganut falsafah hidup “talk less do more”.

Perjalanan Kedua: Kota Tua, Katedral, dan Istiqlal

Sebagai salah satu pusat pemerintahan di jaman Belanda, Jakarta juga mempunyai berbagai bangunan peninggalan Belanda. Salah satunya berada di daerah Kota Tua. Di tempat ini, kamu bisa mengulik gimana sih wajah Jakarta tempoe doeloe. Bagaimana perkembangannya dari sebuah kampung besar menjadi kota metropolitan seperti sekarang ini.

Perjalanan Pertama di Jakarta: Menyusuri Ragunan

Bagi orang-orang yang tinggal di Jabodetabek, pagi itu dimulai dari jam 4 pagi sampai jam 6. Kalau udah di atas jam itu, artinya udah siang. Aku tau hal ini ketika dianter oleh seorang driver ojek online. “Biasanya berangkat jam berapa, Mas?” “Jam 9 pagi, Pak.” “Wah, itu sih udah siang namanya. Bukan pagi lagi.” Bagiku yang terbiasa mulai beraktivitas jam 8 pagi ketika di Medan, fakta ini membuatku sedikit kaget. Mungkin, memang begitulah kehidupan di kota-kota besar. Memulai kegiatan pagi-pagi sekali, dan berakhir saat sudah malam sekali.

Pembukaan Perjalanan Pertama: Jakarta

Jakarta. Entah kenapa, dari dulu aku kurang suka dengan kota satu ini. Kota yang terkenal dengan kemacetan, polusi, namun anehnya tetap memikat jutaan orang untuk mengadu nasib di sini. Ketika pesawat yang kutumpangi akan mendarat di Bandara Soekarno-Hatta, cuaca siang hari memperlihatkan dengan jelas gimana parahnya polusi di daerah Jakarta dan sekitarnya. Langitnya tuh berwarna abu-abu kelam. Kontras banget dengan langit biru yang ada di atasnya. Rasanya seperti melihat cabe-cabean yang mukanya putih, tapi lehernya keruh. Dok. Pribadi Ketika sudah memasuki “atmosfer” ini, kamu memasuki sebuah lapisan yang mempunyai sebuah kekuatan tersendiri untuk membakar dirimu dari dalam. Rasanya gerah terus. Jangan harap juga bisa menyaksikan langit biru di daerah ini. Kamu hanya akan memandangi langit yang berwarna abu-abu diselingi biru pudar. Untuk pertama kalinya juga, bibirku kering dan berdarah sehingga terpaksa dicium cewek memakai pelembab bibir. Sekarang, aku mengert

Tuhan Menertawakan Rencanamu

Di artikel sebelumnya,aku membahas mengenai rencana travelling selama sebulan. Manusia itu emang ahlinya membuat rencana. Tapi, sejarah berulang kali menyatakan bahwa Tuhan lebih sering menertawai rencana-rencana tersebut. Seakan-akan ingin mengatakan, “Berani bener ini ketombe Firaun bikin rencana tanpa melibatkan Aku.”

Memulai Perjalanan

Pernah gak sih kamu merasa begitu lelah dengan kehidupan ini? Lelah dengan segala rutinitas, lelah dengan pikiran-pikiran tidak jelas yang menyerangmu setiap malam. Capek terus menerus disakiti oleh harapan yang tak kesampaian. Rasanya pengen menyendiri aja di sebuah tempat selama beberapa saat. Mengumpulkan kembali 7 dragon ball keberanian untuk menghadapi dunia ini.