Langsung ke konten utama

Memulai Perjalanan


Pernah gak sih kamu merasa begitu lelah dengan kehidupan ini? Lelah dengan segala rutinitas, lelah dengan pikiran-pikiran tidak jelas yang menyerangmu setiap malam. Capek terus menerus disakiti oleh harapan yang tak kesampaian. Rasanya pengen menyendiri aja di sebuah tempat selama beberapa saat. Mengumpulkan kembali 7 dragon ball keberanian untuk menghadapi dunia ini.

Hal itulah yang ku alami selama beberapa minggu terakhir. Semuanya dipicu oleh sebuah peristiwa besar yang benar-benar memutarbalikkan duniaku. Kehidupan yang tadinya terasa nyaman, aman, tiba-tiba berbalik 180 derajat. Galaunya tuh sama kayak ketika kamu sedang memasak dua indomi kari, udah dimasukkin bumbu segala macam, eh ketika telur dimasukkan, taunya telur busuk. Hancur deh itu indomi.

Rasanya, sebuah bom karma dijatuhkan begitu saja di hadapanku dan aku terpental ribuan kilometer. Segala perbuatan jahat yang pernah kulakukan selama ini, dikembalikan dengan cara yang benar-benar sederhana, namun menyakitkan: Harapan.


Perasaan pun serba gak enak. Mau tidur gak nyenyak karena selalu kebawa mimpi. Mau makan gak enak, karena lauknya cuma kerupuk pake kecap asin (soalnya indominya udah tercampur telur busuk). Bekerja juga gak fokus, karena pikiran berlarian kesana-kemari.

Padahal, sudah lama aku mencoba untuk tidak berharap, apalagi kepada manusia. Karena, lebih sering mengalami sakit hati ketimbang kebahagiaan. Tapi, toh akhirnya aku kecolongan dan harus merasakan akibatnya.

Aku pun kehilangan tujuan hidup. Satu-satunya yang ingin kulakukan hanyalah pergi sejauh mungkin. Pengen menjauh dan melupakan semua masalah yang dialami. Rada pengecut sih emang. Tapi, terkadang mundur adalah cara terbaik. Mundur dan menyusun kembali kehidupan yang sempat berantakan.

Setelah ngobrol dengan beberapa teman, akhirnya ada yang menyarankan, “Kenapa gak travelling aja?”

Awalnya, aku gak terlalu memikirkan kalimat ini. Apalagi, aku baru aja liburan di akhir tahun kemarin. Rasanya, gak mungkin aku akan diizinkan cuti beberapa hari oleh kantor. Tapi, keinginan untuk travelling malah semakin menjadi-jadi. Aku pengen kabur dari semuanya. Ingin menimpa kenangan-kenangan buruk dengan kenangan baru yang semoga jauh lebih indah.

Kontrak kerjaku juga sebenarnya telah habis. Tapi, bos kembali menawari aku kontrak kerja baru, yang pada akhirnya terpaksa kutolak. Padahal, aku dijanjikan kenaikan jabatan. Aku berusaha menjelaskan kepadanya kalau aku ingin "kabur dan menyendiri" selama beberapa saat. Untungnya, dia maklum. Tapi, artinya, aku harus bersiap kehilangan pendapatan demi mewujudkan aksi gila ini. Ketika kembali nanti, aku juga harus bersiap dengan status pengangguran, meskipun aku juga freelance di sebuah website.

Namun, karena sudah dididik sedari kecil untuk berusaha hidup mapan, aku benar-benar takut kehilangan pekerjaan tetap. Selama beberapa hari terakhir, aku terus bergumul apakah harus melanjutkan travelling ke Pulau Jawa. Apakah aku berani meninggalkan kehidupan yang nyaman, untuk mencari ketidakpastian, di sebuah daerah yang tidak aku kenal.

Keraguan perlahan-lahan mulai mengikis keberanianku. Tapi, aku membulatkan tekad. Umur masih muda. Pekerjaan dan uang bisa dicari. Tapi, pengalaman hidup seperti ini tidak akan datang dua kali. Aku pun memberanikan diri dan berdoa semoga ke depannya akan baik-baik saja. Karma benar-benar membuatku sampai senekat ini.



Ketika aku juga menceritakan rencana ini kepada teman-teman yang lain, gak sedikit yang menganggap ini tindakan yang sembrono. Dengan logika, mereka berusaha mencegahku pergi. “Udah dipikirin masak-masak?" tanya mereka.

Yah, kalau dipikirin masak-masak, sih, aku gak bakal berani mengambil tindakan ini. Justru karena gak dipikirin masak-masak, makanya aku nekat untuk travelling selama sebulan.

Aku juga pengen sesuatu yang berbeda. Pengen meluaskan cara berpikir. Pengen mendapatkan pengalaman baru dari orang-orang baru. Tidak hanya memandang monitor dan keyboard saja. Tapi, menjalin interaksi dengan orang-orang di daerah lain.

Jadi, yah disinilah aku. Sedang menunggu keberangkatan memulai perjalanan yang tidak bisa kupastikan akan menyenangkan atau menyedihkan. Aku juga gak tau apakah tindakan ini akan kusesali kelak, atau malah menjadi pengalaman yang dengan bangga kuceritakan kepada anak cucu.

Dok. pribadi

Semoga semua baik-baik saja.

Btw, aku akan menceritakan juga pengalamanku selama sebulan bertualang. Kalau ada masukan harus berkunjung ke daerah mana di Pulau Jawa, tolong beritahukan di kolom komentar ya. Salam.

Komentar

  1. Ditunggu postingannya selama sebulan di Pulau Jawa. Aku tidak akan merekomendasikan suatu tempat karena nyasar lebih seru. Wkwkwk

    BalasHapus
  2. kok aku malah fokus ke "peristiwa besar yang benar-benar memutarbalikkan duniaku". Hmmm, peristiwa apakah ituuuu?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hobi yang Dibayar Tidak Semenyenangkan Itu

Dulu aku pikir pekerjaan yang paling membahagiakan di dunia itu adalah hobi yang dibayar. Karena, kita dibayar untuk melakukan sesuatu yang kita sukai. Pasti menyenangkan banget. Para motivator dan orang sukses pun mengamini hal ini. Sumber foto Tapi, seiring dengan berjalannya waktu, aku sadar kalau kalimat motivasi itu perlu sedikit diubah. Pekerjaan yang paling membahagiakan itu bukanlah hobi yang dibayar, tapi hobi yang dibayar dengan pantas. Melihat diriku yang sekarang ini, aku nggak menyangka kalau hobiku menulis sejak SMA akan menuntunku bekerja di salah satu media digital. Dari profesi ini aku bisa menafkahi kehidupanku. Hobi yang dibayar. Tapi, lama kelamaan aku sadar, kalau apa yang kuberikan tidak selalu sebanding dengan apa yang diberikan oleh perusahaan kepadaku. Aku baru menyadari kalau pekerja itu mempunyai beberapa hak yang harus disuarakan dengan lantang. Mulai dari jam kerja, uang lembur, waktu cuti, BPJS, dan masih banyak lagi. Tidak melulu hanya m

Menyingkap Tabir: Tipe Orang yang (Mungkin) Kamu Temui di Aplikasi Kencan

Beberapa hari terakhir ini aku lagi keranjingan banget mencoba dua aplikasi kencan, Tinder dan Badoo. Dua aplikasi ini emang udah lama banget eksis, tapi aku baru nyoba untuk pertama kali gara-gara racun seorang teman. Selain itu, aku penasaran juga dengan cara kerjanya apakah emang beneran bisa dapat teman kencan atau cuma gimmick doang? Apa nggak takut gitu ketemu dengan orang yang baru dikenal dan rentetan pertanyaan lainnya di dalam kepala. Aplikasi yang pertama aku download adalah Badoo. Bingung juga gimana cara menyebut aplikasi satu ini. Bado? Badu? Bedu? Kok malah jadi kayak nama artis di Indonesia? Jangan-jangan ini aplikasi untuk mencari pelawak terbaik lagi. Sementara untuk Tinder, yaa kamu tau sendirilah gimana nyebutnya. Kedua aplikasi ini menerapkan in app purchases , yang artinya penggunaannya gak gratis-gratis amat. Badoo dan Tinder memang memberikan fitur pengguna gratis, cuma dibatesin banget kayak lagi di Korea Utara. Bahkan, untuk sebatas meli

Yogyakarta Yang Benar-Benar Istimewa

Pulang ke kotamu Ada setangkup haru dalam rindu Masih seperti dulu Tiap sudut menyapaku bersahabat, Penuh selaksa makna Terhanyut aku akan nostalgia Saat kita sering luangkan waktu Nikmati bersama suasana Jogja. Lantunan lagu dari Kla Project ini terus-menerus menabuh gendang telingaku dalam perjalanan dari Stasiun Pasar Senen, Jakarta, menuju Stasiun Lempuyangan, Yogyakarta. Di dalam kereta tidak terlalu padat, mungkin karena belum waktu liburan. Tapi, aku tetap gak bisa tidur dengan nyenyak, karena posisi tidur di dalam kereta itu serba salah. Tidur sambil duduk, pegel. Tidur sambil rebahan, kaki bakal kesemutan karena ditekuk. Alhasil, hanya bisa tidur-tidur ayam. Perjalanan ini sendiri menempuh waktu 8 jam, jadi mending terus terjaga sambil mendengar musik. Sumber Terkenal sebagai kota yang masih lekat dengan tradisi, Yogya selalu ramai didatangi oleh turis, baik turis mancanegara maupun turis domestik seperti aku. Hal menarik lainnya adalah, harga mak